Selasa, 12 Mei 2015

Begini Kisah Perjalanan Proyek Pelabuhan Cilamaya


Jakarta - Pertamina berubah sikap
tentang proyek pembangunan Pelabuhan Cilamaya
di Karawang, Jawa Barat. Juru bicara Pertamina Ali
Mundakir meminta pemerintah memindahkan
proyek tersebut ke lokasi lain, misalnya Jawa
Tengah. "Agar pelabuhan ini tidak mengganggu
operasi kami," kata Ali akhir Maret lalu.
Alasan Pertamina, Pelabuhan Cilamaya
bersinggungan dengan pipa minyak dan gas milik
PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West
Java.
Namun menurut Direktur Jenderal Perhubungan
Laut Kementerian Perhubungan, Bobby R. Mamahit,
proyek Cilamaya sebenarnya sudah disetujui oleh
Pertamina sejak Juni 2014.
Proyek Cilamaya merupakan inisiatif Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan sudah masuk
dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011
tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MPPPEI)
2011-2025.
Memorandum of Understanding (MOU)
pembangunan pelabuhan peti kemas di Cilamaya
ditandatangani PT Eurocor Indonesia pada 2007.
Pada nota kesepahaman (MOU) pertama itu
dilakukan penyusunan studi kelayakan.
MOU kedua ditandatangani pada Februari 2008.
Dalam perjalanan pembangunan Pelabuhan
Cilamaya pada 2012 Japan International
Cooperation Agency (JICA) juga ikut mengkaji
proyek yang rencananya dilakukan di Kecamatan
Tempuran, Karawang.
Kajian kelanjutan pembangunan Cilamaya
dilaporkan sudah selesai oleh Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago.
Laporan hasilnya pun sudah dilaporkan ke Presiden
Joko Widodo. "Sudah saya serahkan ke Presiden
pada Rabu lalu," kata Andrinof, 8 Maret 2015.
Pelabuhan Cilamaya nantinya direncanakan dapat
membantu beban Pelabuhan Tanjung Priok yang
diperkirakan bisa stagnan pada 2020. Pada
Jabodetabek Metropolitan Priority Area (MPA)
Study tahun 2010, disebutkan beberapa keuntungan
Pelabuhan Cilamaya:
- Menekan biaya logistik dengan mendekatkan
pusat produksi. Sebagai pembanding jarak Tanjung
Priok-Karawang 140 km, sedangkan Cilamaya-
Karawang hanya 70 km.
- Menurunkan tingkat kemacetan di Ibu Kota
dengan memindahkan sebagian trafik angkutan
berat ke luar wilayah.
- Mengembangkan jaringan logistik dari pusat-pusat
industri di kawasan pinggiran Jabodetabek.
- Pelabuhan Cilamaya tahap I mampu menampung
3,75 Juta TEUs peti kemas.
Evan/PDAT Sumber Diolah Tempo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar